Sintang, sariberitapost.com Cuaca ekstrem berupa hujan ringan diselingi panas sedang menjadi pemandangan rutin di Kabupaten Sintang sejak awal Juli 2025. Menurut BMKG, suhu berada di kisaran 24–31 °C dengan kelembapan antara 69–98 % dan potensi hujan ringan hingga petir hampir setiap hari
Kondisi ini ideal bagi perkembangan nyamuk Aedes aegypti, yang mempercepat siklus hidup dan memperluas populasi akibat kombinasi curah hujan dan panas.
Peralihan cuaca hujan-panas kerap membentuk genangan air di pekarangan, pot bunga, hingga selokan. Tetesan hujan yang terperangkap, dipadukan panas siang, menciptakan lingkungan sempurna bagi telur nyamuk untuk menetas. Tak heran sejak Februari lalu, kasus demam berdarah sudah mulai muncul di beberapa wilayah Sintang, termasuk Sungai Durian .
Kepala Dinas Kesehatan Sintang, Edi Hermaini, mengingatkan masyarakat agar ekstra waspada. Menurutnya, menjaga kebersihan dan menghindari penumpukan sampah adalah langkah krusial dalam meminimalisir habitat nyamuk.
“Jangan biarkan barang bekas di halaman menjadi tempat perindukan,” ucap Edi Hermaini memperingatkan pada senin (14/Juli/2025)
Selain itu, Edi menyoroti pentingnya kewaspadaan terhadap anak-anak yang rentan mengonsumsi makanan di luar rumah. “Anak-anak jangan jajan sembarangan, karena selain risiko DBD, kekambuhan diare bisa terjadi di musim kemarau akibat penurunan pasokan air bersih dan higienes yang buruk,” tambahnya
“nyamuk DBD menyerang siang hari, sehingga dilakukan fogging hanya sebagai solusi sementara” lanjutnya kembali..
Edi menegaskan, upaya utama tetap pencegahan mandiri: menutup penampungan air, menyingkirkan barang bekas, serta rutin memeriksa lingkungan di pekarangan rumah.
“kondisi ini juga harus ada peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat. Di musim kemarau, fasilitas air bersih sering terganggu, memicu wabah diare . Sedangkan hujan tinggi memicu penyebaran demam berdarah.
Selalu cegah genangan air di kaleng bekas, botol, ban.
Cuci tangan anak sebelum dan sesudah makan. Pantau suhu badan anak jika demam tinggi dan nyeri otot muncul, segera periksa.
Edi juga menegaskan, masyarakat dan sekolah harus berkolaborasi aktif. Tidak cukup pemerintah bekerja sendirian. Sanitasi lingkungan dan edukasi gizi-higienis di rumah dan sekolah sangat diperlukan.
“dengan kewaspadaan bersama, Sintang diharapkan dapat memutus rantai penularan DBD dan diare. Bahaya musim hujan-panas, tidak hanya soal basah dan kering, tetapi soal nyawa yang bisa diselamatkan lewat gotong royong masyarakat” tutup Edi Hermaini. ( den ).












